Home Drama Korea Kdrama News Sinopsis Remember – War Of The Son Eps 8

Sinopsis Remember – War Of The Son Eps 8

0

In Ah datang ke kantor Jinwoo. Hendak menanyakan kepada Jinwoo apa yang terjadi sebenarnya. Pada saat In Ah datang, kantor Jinwoo sepi. Kemudian dia melihat pintu kamar rahasia Jinwoo terbuka. In Ah masuk dan mendapati Jinwoo sedang mengemasi barang – barangnya. ” Jinwoo…kau…..” In Ah langsung melangkah ke arah Jinwoo. Jinwoo yang sedang mengemasi barangnya terkejut melihat In Ah yang datangm in Ah melihat di sekeliling kamar Jinwoo. Di dinding terdapat silsilah keluarga Nam tentang kasus ayahnya. ” Jinwoo….selama ini apa yang kau lakukan? Lalu bagaimana dengan berita itu?” tanya In Ah. ” Aku rasa…aku sudah masuk ke dalam perangkap Nam Gyu Man. ” jawab Jinwoo. Jinwoo dan In Ah saling berpandangan. Lalu mereka berdua mendengar ada suara orang datang. In Ah langsung buru – buru keluar dan menutuo kembali pintu kamar rahasia tsb.

1” Lucu melihatmu disini…kau pasti datang setelah melihat berita. Tapi pertanyaan pentingnya adalah…dimana Jinwoo?” tanya Park Dongho. Ternyata yang datang adalah pengacara Park. Jinwoo mendengar namanya disebut oleh Dongho. Namun dia meneruskan mengemasi barangnya. Park DongHo mengatakan bahwa Lee In Ah harus sadar akan pekerjaannya sebagai seorang jaksa. Jaksa bertugas sebagai penangkap penjahat. Lee In Ah juga mengatakan itulah sebabnya dia berada di depan Park Dongho. Dia akan menangkao semua orang yang menuduh Jinwoo sebagai pembunuh. Bagi Park Dongho kontrak dirinya dan Jinwoo belum berakhir. ” Tidak masuk akal. Aku tidak akan bisa dibodohi lagi…” kata In Ah tegas.

Nam Gyu Man mengatakan bahwa Jinwoo yang gagal tertangkap oleh mereka bukanlah bagian dari rencana mereka. Nam Gyu Man merasa tidak senang dengan cara kerja detektif Gwak yang kehilangan Jinwoo. Detektif Gwak berjanji bahwa dia akan menangkap Jinwoo dimanapun Jinwoo berada. Disaat detektif Kwak hendak keluar dari ruangan Nam Gyu Man dia bertemu dengan pengacara Park Dongho. Dongho bertanya kepada Gyu Man apakah yg terjadi dengan Jinwoo adalah perbuatannya? “Katakan semua kepadaku…aku harus memberikan pembelaan kepadamu jika kau terlibat dalam kasus ini…” kata Dongho. Gyu Man meminta Dongho agar tak perlu khawatir, karena jika sesuatu terjadi maka Joo Il yang akan membantu membereskan semuanya. ” Jadi…Joo Ill terlibat?” tanya Dongho tak percaya. ” Ya…aku berkata aku akan menyuruhmu jika dia menolak permintaanku. Akhirnya dia bersedia melakukannya. Sepertinya dia sangat menjagamu. ” kata Gyu Man santai. Sementara Dongho menahan kekesalannya.

Dongho menemui Joo Il di tempat parkir mobil. Akhirnya mereka pergi bersama.

Jinwoo melihat berita tentang dirinya. Dirinya yang dituduh sebagai pembunuh Ahjumma. Bahkan polisi memberikan hadiah 10.000 won bagi siapapun yang berhasil menangkap Jinwoo.

Seok Joo Il mengatakan bahwa ini adalah rencana Nam Gyu Man dari awal. Dan Joo Il menemukan orang yang bisa melakukan apa yang diperintahkan oleh Nam Gyu Man. Park Dongho menganggap bahwa Nam Gyu Man menginginkan persidangan ulang itu tidak terjadi. ” Tapi tetap saja Hyung – nim…kau seharusnya tak terlibat semakin dalam. Walaupun kita hidup dengan derajat yang rendah kita tidak boleh terlibat terlalu jauh. ” kata Dongho. ” Tidak ada yang terlalu rendah bagi orang seperti Nam Gyu Man. Dia adalah tipe orang yang masuk ke dalam atau bahkan mau menggali lubang jika diperlukan. Tapi tetap saja, akan lebih baik untuk kita jika Jinwoo segera tertangkap.” kata Joo Il. Sementara Dongho hanya bisa menatap hyung-nimnya itu tanpa berkata apapun.

Jinwoo, dengan menggunakan mantel dan topi, masih berjalan berhati – hati. Jika saja ada orang yang mengenalinya atau bahkan polisi mengetahui keberadaanya. Sedang berjalan, kemudian Jinwoo berhenti di sebuah toko sepatu. Di Etalase dia melihat ada sepasang sepatu berwarna hitam. Ingatannya kembali di saat dia membelikan sepatu yang mirip seperti yang dipasang di toko itu untuk ayahnya. Ayahnya terlihat sangat bahagia. Ayahnya berkata bahwa dia akan menggunakan sepatu itu untuk datang ke acara wisuda sekolah Jinwoo. Tak hanya itu Jae Hyuk juga memberikan sepatu kets model terbaru kala itu. Dan keduanya terlihat sangat bahagia dengan pemberian hadiah masing – masing.

Seorang polisi sepertinya curiga dengan Jinwoo. Jinwoo berusaha menutupi wajah dengan topinya. ” Kau….” kata polisi yang memanggil Jinwoo. Tahu bahwa dirinya sudah hampir ketahuan, akhirnya Jinwoo berlari. Melarikan diri dari kejaran polisi. Tak tinggal diam, polisi pun melakukan pengejaran terhadap Jinwoo. Jinwoo menambah kecepatan larinya. Melewati gang – gang sempit. Akhirnya dengan penyamarannya, Jinwoo berhasil melarikan diri dari kejaran polisi.

Jinwoo datang ke sebuah tempat penyewaan kamar. Kepada pemiliknya Jinwoo mengatakan bahwa dia ingin menyewa kamar dengan nomor 213, kamar yang terletak di pojok dan tanpa jendela. Jinwoo masuk ke dalam kamar tsb. Sesampainya disana dia terdiam sejenak. Melihat sekeliling. Dulu, di dinding tsb juga penuh dengan silsilah keluarga Nam. Dengan kemampuannya yang luar biasa, Jinwoo mengingat detail posisi gambar tsb. Kemudian di tempat itu jugalah dia belajar keras untuk menjadi pengacara. Jinwoo mengingat semuanya.

Nam Yeo Kyung sedang mendengarkan musik klasik di rumahnya. Matanya terpejam dan satu tangannya memegang kepalanya. Sepertinya berita bahwa Jinwoo adalah seorang pembunuh sangat membuatnya shock. Nam Gyu Man datang menghampiri adiknya itu, lalu mematikan musik. Dia duduk di hadapan adik perempuannya tsb. Gyu Man bertanya apakah Yeo Kyung kecewa karena ternyata Jinwoo adalah seorang buronan sekarang. ” Aku sedang tidak ingin berbicara denganmu. ” jawab Yeo Kyung, masih memejamkan matanya. Nam Gyu Man mengatakan bahwa alasan Jinwoo membunuh adalah untuk membuktikan bahwa ayahnya tak bersalah. ” Sudah kukatakan kepadamu jangan dekat – dekat dengannya.” kata Gyu Man. ” Siapa yang dekat? Semua yang kita lakukan adalah hanya minum bersama. ” elak Yeo Kyung. ” Wow…sepertinya kau sudah kehilangan minatmu karena dia sekarang adalah seorang pembunuh. ” kata Gyu Man. Gyu Man beranjak dari duduknya, mendekati Yeo Kyung. ” Kedepannya…kau harus mendengarkan kakakm ini…oke?” Gyu Man berkata sambil mengusap kepala Yeo Kyung. Yeo Kyung memandang kakaknya dengan sinis. Sepertinya kedatangan kakaknya makin membuat dirinya sakit kepala.

Jinwoo berdiri di atap. Memandang keadaan di bawahnya. Tiba – tiba ada suara memanggil namanya. Manager Yeon. ” Bagaimana kau bisa tahu bahwa aku disini?” tanya Jinwoo terkejut. ” Itu bukanlah hal yang penting. Kau menyewa kamar 213 kan, kamar tanoa jendela. ” kata manager Yeon. Jinwoo mengiyakan. Dia tahu bahwa manager Yeon mengetahui semuanya. Manager Yeon mengatakan bahwa disaat semua orang menginginkan kamar dengan Jendela, Jinwoo justru kebalikannya. Dia menginginkan kamar seperti Penjara. Gelap, berada di sudut dan tanpa sebuah jendela. Berada di tempat tsb membuat Manager Yeon teringat di saat dia masih menjadi manager.

Dulu, suaminya sangat kejam. Selalu meminta uang, jika Manager Yeon tidak memberikannya maka dia akan memukulinya. Suaminya sangat kasar dan tidak punya perasaan. Jinwoo, yang saat itu maaih belajar menjadi pengacara-lah yang membantunya. Membantu Manager Yeon untuk melaporkan suaminya ke polisi. Manager Yeon yang tadinya tak punya keberanian akhirnya berani memberontak kepada suaminya. Dan seperti itulah dirinya sekarang. ” Pada saat aku mengetahui apa yang kau lakukan adalah untuk menyelamatkan ayahmu, hatiku terasa sakit. ” kata manager Yeon lagi. Jinwoo tak berkata apa – apa. Hanya mendengarkan Manager Yeon berbicara.

Sementara itu Hakim Kang Suk Gyu melihat berita tentang Jinwoo yang dituduh sebagai pembunuh dan kini melarikan diri. Di hadapannya ada berkas tentang pengajuan kasus hukun Seo Jae Hyuk. Kang Suk Gyu memandang berkas tsb sejenak. Dia mengambil cap dan meletakkannya di halaman depan berkas tsb. ” Ditolak ”

Kabar ini tentu saja membuat Hong Mo Suk bahagia. Dia langsung meneruskan berita ini kepada Nam Gyu Man. ” Semuanya terjadi seperti gambar yang kau lukis. ” kata Jaksa Hong. Dengan santai Nam Gyu Man menanggapi kabar bahagia tsb. Kemudian dia juga meminta Hong Mo Suk terus menangkap Seo Jinwoo. Karena jika Seo Jinwoo bisa ditangkap maka itu akan jauh lebih baik.

” Seo Beom.. putar arah mobilnya. Tiba – tiba aku ingin bertemu dengan seseorang. ” kata Gyu Man. Seo Beom bertanya siapakah orang itu. ” Pengajuan sidang ulang ditolak. Aku akan menemui orang yang pasti akan sangat terkejut mendengar berita ini. ” kata Gyu Man.

Lee In Ah datang menemui Kang Suk Gyu. Dia menanyakan kebenaran, apakah benar pengajuan sidang ulang yang diajukan oleh Jinwoo atas kasus 4 tahun lalu telah ia tolak. Kang Suk Gyu membenarkan hal tsb. In Ah berkata bahwa kasus Jinwoo yang dituduh sebagai pembunuh tidak ada hubungannya dengan pengajuan kasus sidang 4 tahun lalu. ” Aku sudah mempelajarinya.. tapi sekarang yang mengajukan petisi adalah seorang pembunuh. Tak ada alasan untuk mengabulkan petisi itu. ” kata Suk Gyu. ” Jinwoo tak membunuh siapapun. ” kata In Ah mantap. Suk Gyu kemudian menanyakan bagaimana In Ah tahu akan hal itu. ” Alasan aku menjadi jaksa adalah karena persidangan ayah Jinwoo 4 tahun lalu. Kasus pembunuhan wanita Seochon 4 tahun lalu. ” . In Ah kemudian berkata bahwa dia percaya ayah Jinwoo tidak bersalah. Dan dia benar – benar akan membuktikan itu. ” Pengajuan sidang sudah ditolak. Kita tak bisa berbuat apapun saat ini. ” kata – kata Suk Gyu benar – benar membuat In Ah sedih dan kecewa.

Ternyata orang yang ingin ditemui Nam Gyu Man adalah Seo Jae Hyuk. Seo Jae Hyuk yang baru pertama kali melihat Nam Gyu Man merasa takut untuk mendekatinya. Nam Gyu Man melambaikan tanganny dan menyuruh Seo Jae Hyuk untuk duduk. ” Aku dengar kau sedang sakit parah?” kata Gyu Man memulai percakapannya. Jae Hyuk mengangguk perlahan. ” Tetapi sesakit apapun dirimu, kau tetap harus membayar untuk kejahatanmu kan?” kata – kata Nam Gyu Man mulai terdengar menakutkan di telinga Seo Jae Hyuk. Seo Jae Hyuk mengatakan bahwa dia sudah menyesali perbuatannya. Nam Gyu Man terus saja menceramahi. Seseorang meninggal dan yang ia lakukan hanya menyesali perbuatannya. Nam Gyu Man merasa bahwa itu saja tak akan cukup untuk membayar perbuatannya. Seo Jae Hyuk mulai gemetar. Gyu Man juga mengatai bahwa Seo Jae Hyuk tidak tahu malu. ” Kau tahu Nietzsche kan? Nietzsche mengatakan bahwa kemampuan terbaik yang diberikan kepada manusia adalah kemampuan untuk melupakan. ” kata Gyu Man. ” Aku….mohon….berhentilah….” Seo Jae Hyuk terlihat ketakutan. Kata demi kata yang dikeluarkan Nam Gyu Man membuat dirinya semakin terpojok. Perasaan bersalah yang tak bisa diingatnya membuat sakitnya semakin bertambah.

Lalu Nam Gyu Man menanyakan keadaan Seo Jin Woo kepada Jae Hyuk. ” Seo Jin Woo? Apakah dia adalah pengacaraku?” tanya Jae Hyuk. Nam Gyu Man sempat merasa heran, mengapa Jae Hyuk menyebut anaknya sendiri sebagai seorang pengacara. Namun akhirnya dia sadar bahwa Jae Hyuk menderita Alzheimer. “Ahh…ya…dia pengacaramu… apa kau tahu sekarang dia seperti apa? Dia sekarang adalah pembunuh..sama seperti dirimu…” kata Gyu Man. Jae Hyuk tak percaya kata – kata Gyu Man. Dia berkata bahwa Jinwoo bukan orang seperti itu. ” Bagaimana kau tahu? Kau sendiri saja tak ingat siapa dia. ” kata Gyu Man. Jae Hyuk kemudian berusaha mengingat – ngingat siapa Jinwoo.

Pertemuan antara Nam Gyu Man dan Seo Jae Hyuk selesai. Ahn Seo Beom mengatakan bahwa tak ada orang yang tahu bahwa Gyu Man datang ke dalam penjara. ” Lihatlah tempat ini. Aku tak berpikir bahwa aku bisa hidup di tempat ini sehari saja…” kata Gyu Man sambil melihat di sekelilingnya. Seo Beom setuju dengan kata – kata Gyu Man, ” Itulah sebabnya..mengapa kau seharusnya tak mengakui kesalahanmu. ” kata Seo Beom. Kata – kata ini justru membuat Nam Gyu Man tersinggung. Dia melayangkan tatapan marah ke arah Seo Beom. Seo Beom yang melihatnya buru – buru pergi dari hadapan Gyu Man sebelum amarahnya meledak.

In Ah pulang terlambat malam itu. Keluarganya sedang berkumpul untuk makan malam. Ayah In Ah pun mengajak In Ah untuk makan malam bersama. Tiba – tiba ibu In Ah mengatakan bahwa mulai saat ini In Ah tak boleh lagi dekat – dekat dengan Jinwoo. In Ah menanyakan apa alasannya. ” Kau bekerja keras siang malam untuk menjadi jaksa. Apa yang bisa kau ambil dari laki – laki jahat seperti itu. Apa kau tak tahu bahwa impressiv pertama saat bekerja itu penting? Apa yang akan dikatakan oleh jaksa yang lain?” omel Ibu In Ah. ” Hentikan….!!! Apakah omongan orang lain itu penting? Aku tak peduli. Jinwoo tak pernah melakukan hal seperti itu. ” kata In Ah. In Ah kemudian berjalan meninggalkan meja makan.

Malam harinya, Ayah In Ah membawakannya 1 loyang pizza. Mungkin karena In Ah belum sempat makan malam tadi. Ayah In Ah berusaha menghibur anak putrinya itu. ” Aku sudah hidup selama 25 tahun dengan ibumu, tapi terkadang masih susah untuk mengerti dirinya. ” kata ayah In Ah. In Ah mengatakan bahwa ia tahu, ibunya mengkhawatirkannya. Tapi terkadang cara ibunya itu berlebihan. Ayah In Ah mengatakan, gosip dan perkataan orang – orang di sekitar mereka, semua itu akan berlalu seiring berjalannya waktu. Kebenaran juga, seiring bwrjalannya waktu pasti itu akan terbuka. ” Daripada mendengarkan kata orang lain, akan lebih baik jika kau mendengarkan hatimu. Jangan takut!” kata Ayah In Ah memberikan semangat. ” Ayah…..” In Ah sepertinya terharu akan dukungan yang diberikan oleh ayahnya. Ponsel In Ah berdering, panggilan dari seseorang. Dan In Ah menjawabnya.

Ternyata itu dari Seo Jin Woo. Jinwoo ingin bertemu dengan In Ah di tempat yang teraembunyi. Di saat In Ah sedang mencari Jinwoo, tiba – tiba tangannya ditarik oleh seseorang. Mereka bersembunyi di balik bangunan. In Ah meminta Jinwoo menjelaskan apa yang dimaksud dengan dia terperangkap dalam jebakan Nam Gyu Man? Jinwoo menjelaskan bahwa sebelumnya dia menerima pesan dari Ahjumma. Namun pada saat Jinwoo datang ke rumahnya, si Ahjumma sudah tewas. Nam Gyu Man melakukan itu semua setelah dia mengetahui bahwa Jinwoo mengajukan persidangan ulangan. Jinwoo mengatakan jika dia tak segera menemukan pelaku aslinya, dia tak akan bisa mengajukan persidangan ulang. Jadi dia harua segera menemukan pelaku sebenarnya. ” Ayahku….akan semakin berbahaya untuk kesehatannya jika dia terus di penjara. ” kata Jinwoo. In Ah berjanji, meskipun ini bukan kasusnya, tapi dia akan membantu menangkap pelakunya. In Ah menyarankan Jinwoo agar datang ke polisi dan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. ” Tidak….jika aku tertangkap polisi, mereka bisa saja merekayasa cerita dan mengubahku menjadi seorang pembunuh. Seperti yang mereka lakukan pada ayahku. Aku harus menangkap pembunuh itu sendiri. ” kata Jinwoo. Setelah melihat keadaan sekitar, Jinwoo terburu – buru untuk pergi sambil mengatakan bahwa dia akan menghubungi Lee In Ah. In Ah pun tak bisa melarangnya. Dia hanya bisa menatap punggung Jinwoo yang berjalan menjauh.

Song Jae Ik merengek kepada Manager Yeon agar mereka mencari Jinwoo. Namun Manager Yeon malah tak peduli. Manager Yeon mengatakan bahwa dia akan mengambil barang – barang yang dibutuhkan oleh Jinwoo. Song Jae Ik tak mengerti. Dia bertanya apakah itu artinya manager Yeon tahu keberadaan Jinwoo? Manager Yeon akhirnya mengajak Song Jae Ik masuk ke dalam kamar rahasia Jinwoo. Song Jae Ik melihat semua gambar Ilho Group di dalam kamar rahasia Jinwoo. ” Apa ini? Aku tahu peristiwa pembunuhan mahasiswa Seochon 4 tahun lalu. Tapi apa hubungannya dengan Ilho grup?” tanya Jae Ik tak mengerti. Manager Yeon menjelaskan bahwa yang membunuh Oh Jung Ah 4 tahun lalu adalah Nam Gyu Man. ” Nam Gyu Man juga lah yang menuduh Jinwoo sebagai pembunuh sekarang. ” kata manager Yeon. Song Jae Ik menganggap bahwa itu hanya becandaan manager Yeon. ” Aku tidak becanda. Lalu apa yang akan kau lakukan, Jae Ik?”

” Heyyy….keluar…. ” In Ah mengetuk pintu mobil seseorang. Detwktif Gwak keluar dari dalam mobil tsb. In Ah mengetahui bahwa detektif Gwak telah mengikutinya. ” Aku curiga kau menyembunyikan tersangka…” kata detektif Gwak. ” Aku akan menghukum semua orang yang menuduh Jinwoo sebagai pembunuh. Termasuk kau. ” kata In Ah sambil pergi meninggalkan Detektif Gwak.

Kemudian Detektif Gwak menghubungi jaksa Hong. Derektif Gwak mengatakab bahwa saat ini In Ah sedang berusaha menyelidiki kasus pembunuhan si Ahjumma. ” Jaksa baru itu memang benar – benar tak tahu apa – apa soal bagaimana dunia bekerja. Kau tahu apa yang terjadi jika dia mengetahui keburukan kita kan? Buntuti dia terus dan laporkan padaku jika terjadi sesuatu yang tidak biasa. ” kata Jaksa Hong.

In Ah mempelajari hasil autopsy pembunuhan Ahjumma itu. ” Dibunuh dengan menggunakan tali pancing”. Kemudian In Ah meminta tim investigasi untuk menemukan kasus pembunuhan dengan menggunakan tali pancing yang lain.

Manager Yeon datang bertemu dengan Jinwoo. Dia membawa barang yang Jinwoo butuhkan. Jinwoo memastikan kepada manager Yeon bahwa tak ada satu orang pun yang mengikutinya. ” Hmm…itu…ada 1 orang….” kata Manager Yeon. ” Jinwoo…..” tiba – tiba Song Jae Ik muncul dari belakang punggung Manager Yeon. Jinwoo terkejut. Dia hendak protes kepada Manager Yeon, tapi Song Jae Ik keburu memeluknya. Pelukan Song Jae Ik ini benar – benar membuat Jinwoo kaget. ” Hya…mengapa kau tak memceritakan ini semua dari awal? Mengapa kau membawa beban ini sendirian? Maafkan aku…” kata Jae Ik masih memeluk Jinwoo. Manager Yeon tersenyum. Jinwoo yang tadinya hendak protes karena kini ada orang lagi yang mengetahui keberadaanya, tak jadi marah. Dia juga tersenyum melihat Song Jae Ik yang kini ingin membantunya.

Jinwoo mengatakan pada Manager Yeon dan Song Jae Ik bahwa dia membutuhkan ponsel dan juga mobil. Song Jae Ik telah menyiapkannya. ” Apakah kau tahu, reporter mana yang bersedia mati untuk mendapatkan berita eksklusif? ” tanya Jinwoo. Jinwoo akan membeberkan laporan keuangan Ilho Grup. Dimana yang di dalamnya terdapat banyak kecurangan dan juga korupsi.

Dengan menyamar sedemikian rupa, Jinwoo keluar dari persembunyiannya. Dia mengendarai mobil yang sudah disiapkan oleh Song Jae Ik. Jinwoo menghubungi reporter Jang Yun Soo. Mengatakan bahwa dia memiliki berita eksklusif tentang laporan keuangan Ilho Grup. ” Aku ingin menayangkannya secara live..besok jam 3 sore…”.

Nam Gyu Man, Ahn Seo Beom, dan Kang Suk Gyu tengah makan bersama. Kemudian ponsel Gyu Man berdering. ” Bagaimana rasanya menuduh seseorang sebagai pembunuh?” suara Jinwoo terdengar diseberang sana. ” Dimana kau? ” Gyu Man menyembunyikan keterkejutannya. Dia keluar dari ruangan dan menaikan nada suaranya. Bertanya dimanakah Jinwoo berada. “Aku ingin sekali memberitahumu, karena aku ingin melihat reaksimu. Katakan pada pembunuhnya untuk mengakui perbuatannya besok. Kalau tidak aku akan membeberkan dana yang sudah dikeluarkan oleh Ilho Grup untuk tujuan tertentu. ” ancam Jinwoo. Gyu Man tersentak. Tapi masih pura – pura merasa tenang. Dia bertanya dana apa yang dimaksud oleh Jinwoo. Dan dari mana dia mendapatkannya. ” Kau pikir mengapa aku mau menangani kasus Vice President…kau mungkin tak akan berpikir sejauh itu kan?” kata Jinwoo. ” Kau tahu bahwa aku bisa membuatmu dan ayahmu dihukum mati sekaligus. ” ancam Gyu Man. Dirinya sepertinya sudah merasa kesal akan Jinwoo. ” Kau sepertinya lupa posisiku sekarang. Setelah ayahku kau tuduh membunuh dan begitu juga aku… aku tak punya apapun lagi….Ingat…bawa pembunuh sebenarnya besok…atau dana yang sudah kau dan ayahmu buang untuk kepentingan tertentu. Aku akan segera memberitahunya ke publik. ” ancam Jinwoo. Belum selesai Nam Gyu Man berbicara, Jinwoo sudah memutuskan sambungan teleponnya. Nam Gyu Man menarik napas panjang.

Nam Gyu Man datang ke kantor Park Dongho dengan marah. Dia berkata pada Dongho, bukankah dia sudah meminta Dongho untuk terus mengawasi Jinwoo. Tapi mengaoa Jinwoo malah tahi soal dana kotor Ilho Grup?. ” Dana Kotor? ” tanya Dongho tak mengerti. Gyu Man mengatakan jika detil pengeluaran dana tab diketahui masyarakat, dia dan ayahnya akan dikucilkan. Park Dongho meminta Nam Gyu Man untuk memberikan no telp yabg digunakan Jinwoo dan berjanji akan melacaknya. ” Tikus ini datang kepada kucing tanpa pikir panjang. Semua adalah tanggungjawabmu untuk menyerahkannya kepadaku. ” kata Nam Gyu Man.

Park Dongho pergi ke tempat kenalannya untuk melacak no telp yang Jinwoo gunakan. Dengan kemempuan menggertaknya, Dongho berhasil memaksa kenalannya itu untuk melacak ponsel Jinwoo selama satu setengah jam.

Nam Gyu Man sedang melaporkan perkembangan bisnis Ilho Grup kepada ayahnya, Nam Il Ho. Banyak kerjasama baru yang akan dijalani oleh IlHo grup. Tadinya Nam Il Ho mengkhawatirkan kalau kasus Vice President akan mempengaruhi semuanya. Tapi Gyu Man telah melakukan tugasnya dengan baik. Gyu Man pun dengan bangga menerima pujian ayahnya. Pada saat yang bersamaan muncullah berita bahwa ada seseorang yang tak dikenal akan membocorkan dana rahasia milik Ilho Grup. Nam Gyu Man dan ayahnya melihat berita tsb. Gyu Man langsung teringat Jinwoo. Anak ini tak main – main. Nam Il Ho mematika televisinya dan berkata, ” Gyu Man…kau dapat mengatasinya?” . ” Aku anak laki – lakimu Nam Gyu Man. Aku akan mengataai semuanya dengan baik. ” kata Nam Gyu Man sambil menyeruput teh dari cangkirnya.

Berita tsb juga disaksikan oleh Lee In Ah. Lalu dengan segera dia menelpon Jinwoo. Menanyakan apakah Jinwoo adalah narasumber yang akan membocorkan rahasia keuangan itu. ” Tidak ada cara lain…” kata Jinwoo sambil menutup ponselnya. In Ah memanggil nama Jinwoo di telepon tapi percuma, sambungan telepon sudah terputus. ” Apa yang sebenarnya dia rencanakan?” kata In Ah pada dirinya sendiri. Eksressinya saat itu menunjukkan bahwa dia sangat mengkhawatirkan Jinwoo.

Sementara itu Hong Mo Suk berusaha membujuk kepala penyiaran stasiun tivi, dimana mereka akan menayangkan berita Jinwoo secara eksklusif, untuk memberitahukan siapa wartawan yang akan meliput kegiatan tsb. Awalnya kepala penyiaran menolak karena atasannya menyuruhnya untuk tak mengatakan siapa nama wartawan itu kepada siapapun. Bukan Hong Mo Suk namanya jika ia tak berhasil mendapatkan apa yang ia inginkan. Sifatnya sama seperti Nam Gyu Man. Itulah sebabnya mereka bisa bekerja sama dengan baik. Hong Mo Suk mengancam bahwa dia akan membiarkan kasus anak laki – laki penyiar beberapa tahun lalu untuk dilakukan investigasi ulang. Karena dulu ketika anak laki – laki kepala penyiaran tsb terlibat suatu kasus, Hong Mo Suk lah yang menolongnya. Dia meloloskan kasus tsb. Dan dia menggunakan hal itu sebagai senjata untuk mengancam kepala penyiaran. ” Baiklah..aku mengerti…” kata Jaksa Hong menutup panggilan teleponnya. Detektif Gwak masuk ke dalam ruangan. Dia memberi salam kepada Hong Mo Suk. ” Jika kau dan aku tidak bisa menangkap Jinwoo sebelum jam 3 sore, maka kau dan aku akan mati. Cepat lacak keberadaan Jang Yun Soo, wartawan dari SBC News sekarang juga. ” perintah Hong Mo Suk. Detektif Gwak pun melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Jaksa licik tsb.

Jang Yun Soo sang wartawan sedang menyiapkan ruangan untuk wawancara. Dia bersama 2 crew lain sedang mempersiapkan kamera dan juga pengatur suara.

Tak lama Jinwoo datang. Setelah memarkir mobilnya, Jinwoo langsung memasuki sebuah rumah.

Park Dongho beserta dengan anak buahnya yang berwajah seram dan berbadan tegap tsb juga sedang mengejar keberadaan Jinwoo. Sangho mengatakan bahwa dia tak pernah menyangka bahwa Jinwoo akan melakukan serangan terbuka seperti ini kepada Nam Gyu Man. Dia juga mengatakan bahwa Jinwoo tak memiliki rasa takut. ” Jinwoo…anak ini tak akan pernah berhenti…” kata Dongho.

Tak hanya itu, Detektif Gwak juga sedang berusaha menggagalkan siaran langsung yang akan dilakukan oleh Jinwoo.

Jinwoo ternyata tak main – main dengan ancamannya. Dia menghubungi Nam Gyu Man sebelum dia melakukan aksinya, ” Nam Gyu Man…lihatlah apa yang akan aku lakukan…”.

Semua persiapan sudah siap. Tibalah saatnya Jinwoo muncul di tivi dan melakukan aksinya, membocorkan dana rahasia yang ilegal digunakan oleh Nam Gyu Man dan ayahnya. Detektif Gwak dan tim sudah berada di lokasim dia mendobrak masuk ruangan dimana wartawan Jang Yun Soo dan tim melakukan syuting. Ternyata, detektif Gwak berhasil dikelabui oleh Jinwoo. Dia tahu bahwa hal ini akan terjadi, oleh sebabnya Jinwoo melakukan syuting di ruangan terpisah. Jadi di saat Detektif Gwak masuk di dalam ruangan tsb dia tak menemukan Jinwoo. Dia hanya menemukan Jang Yun Soo dan oara Crewnya serta televisi yabg menayangkan gambar Jinwoo. Detektif Gwak menyadari bahwa Jinwoo telah memperdayainya.

Dengan lantang Jinwoo mengatakan bahwa dia akan membocorkan dana rahasia yang sudah disembunyikan selama ini oleh IlHo grup. Nam Gyu Man menyaksikan acara ini dengan santai. Dia merasa menang. Karena dia percaya bahwa semua pesuruhnya akan menggagalkan acara Jinwoo ini. Lee In Ah menyaksikan berita itu dengan wajah tegang. Belum sempat membeberkan hal itu, tiba – tiba anak buah Park Dongho menerobos masuk. Mereka langsung mematikan kamera dan merebut berkas dari tangan Jinwoo. Park Dongho muncul di sela anak buahnya. Menerima berkas dari Sangho dan memeriksanya sebentar. Tak lama Jinwoo dan Dongho saling bertatapan.

In Ah panik karena siaran berita itu terhenti begitu saja. Dia juga tak bisa menghubungi Jinwoo.

Ternyata Park Dongho telah membawa Jinwoo. Dengan keadaan terikat dan mulut disekap. Jinwoo berusaha meronta dengan geraman di mulutnya. Park Dongho bahkan membuang ponsel Jinwoo yang oada saat itu mendapat panggilan telepon dari Lee In Ah. Tadinya Park Dongho tak ingin membawa Jinwoo bertemu dengan Nam Gyu Man. Dia ingin menasehati Jinwoo sendiri. Tapi sepertinya caranya ini ketahuan oleh Nam Gyu Man karena Nam Gyu Man keburu menelponnya. Ini semua karena detektif Gwak yang curiga karena dia merasa bahwa Jinwoo telah dibawa oleh seseorang. Dan dia mencurigai Park Dongho yang sebenarnya tidak memiliki tugas untuk menangkap Seo Jin Woo.” Pengacara Park, kemana kau akan pergi? Kau tahu bahwa kau tak boleh pergi seperti itu. Jika kau mengerti, bawa anak itu ke tempat yang sudah ditentukan sekarang juga. ” Nam Gyu Man langsung menutup ponselnya. Dongho tak bisa berkata apapun sekarang. Selain menuruti kemauan bosnya itu. ” Jinwoo…dengarkan baik – baik. Informasi tentang dana rahasia itu akan memiliki harga sama dengan hidupmu. Jadi kali ini kau harus memberikan informasi itu kepada Nam Gyu Man. Kau mengerti?” Kata Dongho. Jinwoo tak menjawabnya.

Dengan kondisi tangan terikat dan mulut disekap, Jinwoo tak bisa melakukan apapun. Gyu Man datang menghampirinya. Wajahnya terlihat sangat bahagia. Sementara Jinwoo, dia benar – benar penuh dengan amarah. Disana sudah berdiri detektif Gwak dan juga Park Dongho serta anak buahnya yang lain. Dongho memberikan flashdisk yang berisi tentang data rahasia IlHo group. Setelah Seo Beom memastikan bahwa data itu tidak dicopy, dia memberikannya pada Nam Gyu Man. Nam Gyu Man memuji Park Dongho yang menjalankan tugasnya dengan sangat baik. Jinwoo menoleh ke arah Park Dongho yang tak berbicara apapun pada saat itu. Gyu Man pun melemparkan flashdisk tsb ke dalam api yang berada di hadapan Jinwoo. Dia juga melemparkan kertas yang berisi data dana rahasia ke perapian yang sama. Kemudian dia melangkah mendekati Jinwoo. Melihat Jinwoo sebentar lalu PLAAAAKKK!!! Dia menampar Jinwoo. Memukul perutnya. Tak berhenti sampai disitu, Gyu Man pun menendang Jinwoo ke belakang hingga Jinwoo jatuh ke belakang dalam posisi terikat. Jinwoo tak sadarkan diri. Gyu Man tertawa girang. Dia sudah menunggu saat – saat berhadapan dengan Jinwoo. ” Hya…apa yang terjadi padanya. Tolong bangunkan…lemah sekali…” kata Gyu Man. Sementara itu Park Dongho hanya bisa melihat dengan khawatir keadaan Jinwoo yang tergeletak tak berdaya di sampingnya.

Seo Jae Hyuk terdiam di ruang tahanannya. Disekelilingnya banyak tempelan nama – nama barang. Hal ini memudahkan dia untuk menyebut barang tsb. Sepertinya penyakit Seo Jae Hyuk bertambah parah. Dia perlahan mulai mengingat siapa Jinwoo. Dia memandang foto Jinwoo. Dia mulai ingat saat Jinwoo mengunjunginya di tahanan. Kemudian dia juga ingat disaat dia divonis untuk dihukum mati. Jae Hyuk mengigil ketakutan. Dia meraih pena dan mulai menulis di kertas. ” Untuk anak laki – laki ku.” . Tangannya terasa kaku. Sulit untuk digerakkan. Jae Hyuk juga ingat di saat Jinwoo menunjukkan kepadanya bahwa Jinwoo sudah menjadi pengacara. Jae Hyuk mulai menangis. Entah apa yang dia rasakan. Rindu kepada anaknya ataukah rasa sakit yang dirasakannya. Semuanya terasa samar. Perlahan, dia mulai memaksakan kembali untuk menulis. ” Aku tidak membunuh wanita itu..” tulis Jae Hyuk.

Gyu Man menepuk – nepuk pipi Jinwoo yang masih belum sadarkan diri. Perlahan, Jinwoo membuka matanya. ” Seo Jin Wo… apa katamu? Kau bilang kita akan bertemu di pengadilan? Kau tahi ini dimana? Aku rasa ayahmu tahu. Dia datang kesini bersama ayahmu pada saat itu. ” kata Gyu Man sambil menunjuk Detektif Gwak. Ya..tempat itu adalah tempat dimana Detektif Gwak memaksa Seo Jae Hyuk untuk menulis surat pengakuan bahwa dialah yang sudah membunuh Oh Jung Ah. Jinwoo meronta. Suara teriakannya tertahan karena mulutnya disekap. Gyu Man bercerita kemarin dia sudah bertemu dengan ayah Jinwoo. Jinwoo pun makin terlihat marah. ” Tapi aku penasaran akan satu hal. Apakah ayah yabg bahkan tak ingat siapa anak laki – lakinya pantas disebut sebagai ayah? ” Gyu Man melepas tutupan mulut Jinwoo. Seketika Jinwoo langsung mengumpat dengan marahnya. ” Kau Baj****n!!! ” Gyu Man tertawa. Benar – benar tak punya hati. ” Apakah kau akan membawa dia ke kantor polisi?” tanya Dongho. ” Tidak…ini belum cukup. Detektif, kau harus menyelesaikannya.” kata Gyu Man sambil melangkah pergi. Park Dongho tak mengerti apa yang dimaksud oleh Gyu Man.

Detetif Gwak melepaskan ikatan Jinwoo.” Pergilah…” katanya pelan. Hal ini tentu saja terasa aneh untuk Dongho dan juga Jinwoo. Tak mungkin Gyu Man menyuruhnya melepaskan Jinwoo. Jinwoo menatap Detektif Gwak. Sekali lagi detektif Gwak mempersilahkan Jinwoo untuk pergi. Jinwoo bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu keluar. Di belakangnya, Detektif Gwak mengeluarkan pistol dari sakunya dan mengarahkannya kepada Jinwoo. Park Dongho melihat hal ini. Begitu juga dengan Jinwoo. Dia menoleh ke belakang dan terlihat olehnya pistol yang diacungkan ke arahnya oleh detektif Gwak.

” Bersihkan apa yang harus dibersihkan dan bakar apa yang harus dibakar. Aku akan menyerahkan tugas membersihkan itu kepadamu..” kata Gyu Man kepada Ahn Seo Beom. ” Membersihkan? Bukankah kau akan menyerahlan Jinwoo ke kantoe polisi?” tanya Seo Beom tak mengerti. Nam Gyu Man tak menjawab. ” Gyu Man…..” DDDDDOOOORR…!!! Terdengar bunyi tembakan dari dalam. Seo Beom terkejut. Dia tahu apa yang dimaksud oleh perkataan Gyu Man barusan. Seo Beom menoleh ke arah Gyu Man. ” Apa yang kau lakukan? Ayo pergi…” Seo Beom tak bisa berbuat apapun selain menuruti perintah atasannya itu.

Ternyata perkiraan Seo Beom dan Gyu Man salah. Mereka pikir tembakan tadi adalah tembakan detektif Gwak yang menembak Jinwoo. Namun nyatanya Park Dongho menggagalkan tembakan tsb. Dia berkelahi dengan Detektif Gwak.

” Jinwoo…!! Lari sekarang!! ” teriak Dongho. Namun Jinwoo yang kebingungan tak segera beranjak dari tempatnya berdiri. ” Apa kau ingin mati disini? Jika tidak..larilah….!!” Dongho masih berteriak. Tindakan Dongho ini tentu saja membuat detektif Gwak protes. ” Apa yang akan kau lakukan jika Nam Gyu Man tahu bahwa kau membiarkannya pergi?” tanya detektif Gwak setelah Jinwoo keluar dari gedung. ” Kau seharusnya tak mengotori tanganmu dengan darah di saat kau masih menggunakan badge detektif. Aku tahu kau mendapatkan uang dari Nam Gyu Man. Tapi jangan pernah lupakan fakta bahwa kau masih petugas kepolisian. ” Dongho berkata sambil mengacungkan telunjuknya tepat di depan wajah detektif Gwak. Setelah itu Dongho pun pergi meninggalkan detektif Gwak yang tak melawan.

Jinwoo dengan terseok – seok berusaha melarikan diri dari gedung tua tsb. Lee In Ah yang baru saja pulang dari tempat kerjanya. Dia melihat seseorang mirip Jinwoo terduduk lesu di dekat pintu masuk tokonya. Lee In Ah menghampiri orang tsb dan benar saja, dia adalah Jinwoo. ” Jinwoo…..Jinwoo…apa kau baik – baik saja?” In Ah mencoba menyentuh pundak Jinwoo. Jinwoo pun menatap satu – satunya orang yang selalu mendukungnya itu. In Ah terlihat khawatir karena wajah Jinwoo terlihat sangat pucat.

In Ah mengajak Jinwoo masuk ke dalam tokonya. Di sana dia menjabarkan kasus pembunuhan yang di duga dilakukan oleh orang yang sama dengan yang membunuh Ahjumma. Dia adalah si pria bertato itu. Dia selalu membunub korbannya dengan menggunakan alat tali pancing. In Ah kemudian memberitahukan apa yang sudah ia dapatkan dari hasil autopsi. Jinwoo tiba – tiba teringat sesuatu. Di saat dia sedang menuju rumah si Ahjumma, sebelum dia di jebak, dia ingat dia melihat seorang laki – laki. Jinwoo mengatakan ciri – ciri yang ia ingat kepada Lee In Ah. Termasuk tato kalajengking yang ia miliki di tangannya. Pria tsb berkebangsaan Korea dan China serta berumur sekitar 30 tahunan. Jinwoo kemudian mengambil 3 berkas kejahatan. Di dalamnya terdapat foto penjahat tsb. Terlihat sama namun dengan gaya penyamaran yang berbeda – beda. ” Ketiga orang ini sebenarnya adalah sama…” kata Jinwoo. Jinwoo melihat alamat tinggal dari 3 orang tsb. Alamatnya di Saerim – dong namun ketiga alamat yang tercantum dengan nomor yang berbeda – beda. Lalu Jinwoo mengatakan bahwa alamat si penjahat ada di Saerim- dong.

Nam Il Ho sedang memuji cara kerja anaknya yang bisa menangani kasus bocornya dana rahasia ke publik. ” Teruskan kerjamu…” kata Nam Il Ho saat makan malam dengan Gyu Man. ” Iya Ayah….” Gyu Man terlihat bangga. Namun tiba – tiba datanglah Park Dongho. Dia memberikan salam hormat kepada Nam Il Ho. ” Aku minta maaf karena sudah mengganggu makan malam mu. Tuan Nam…apakah aku bisa berbicara denganmu sebentar? tanya Dongho kepada Nam Gyu Man.

” Apakah kau selalu membunuh orang yang kau benci?” tanya Dongho di saat dirinya sudah berdua saja dengan Nam Gyu Man. Park Dongho bertanya apakah Gyu Man tidak pernah berpikir atas semua akibat perbuatannya. Gyu Man menjawab bahwa dia selalu berpikir 2- 3 kali sebelum bertindak. ” Berapa kali seharusnya aku katakan padamu. Orang yang mulia sepertimu tak seharusnya bersikap arogant. ” kata Dongho. Gyu Man berkata jika orang lain mendengar Dongho berkata seperti itu kepadanya, orang tsb pasti akan mengira bahwa Dongho adalah kakak kandungya. ” Kau harusnya berterimakasih karena Jinwoo lolos. ” kata Dongho lagi. Gyu Man sedikit tersentak. Dia bangkit dari kursinya, melangkah ke arah Dongho, ” Akulah yang berhak menentukan, suatu perbuatan itu benar atau salah. Jika kau sudah mengerti, pergilah. ” kata Gyu Man. Tak menunggu lama, Dongho langsung keluar dari ruangan Nam Gyu Man.

In Ah masih menjelaskan tentang kasus pembunuhan menggunakan tali pancing dan dugaan terkait. Pada saat dia menoleh ke arah Jinwoo, dia melihat Jinwoo tertidur di meja. In Ah pun mengambilkan selimut untuknya. Dan segera memakaikanya ke Jinwoo. In Ah teringat di saat 4 tahun lalu, saat dia dan Jinwoo merasa bahwa ayah Jinwoo akan segera pulang. In Ah tersenyum kecil. In Ah pun terus memandangi Jinwoo dalam tidurnya.

Keesokan harinya saat In Ah terbangun, Jinwoo sudah tak berada di sampingnya. Ibu dan ayahnya kaget mendapati In Ah tertidur di dalam toko. Ibu In Ah mengira bahwa In Ah tak pulang karena dia ada banyak pekerjaan. In Ah tak menggubria kedatangan kedua orang tuanya. Dia membaca pesan Jinwoo. Jinwoo sudah bangun terlebih dahulu dan meminjam ponsel In Ah. In Ah tahu, Jinwoo pasti ke Saerim – dong sendirian untuk menangkap penjahat itu. In Ah segera meminjam ponsel ayahnya. Dengan tergesa – gesa dia meminta orang kantornya untuk menyiapkan beberapa detektif yang akan pergi bersamanya ke Saerim – dong.

Tak hanya In Ah dan Jinwoo yang mencari pembunuh itu. Park Dongho juga.

In Ah membriefing timnya untuk mencari sosok pembunuh bayaran yang dicurigai sebagai pembunuh Ahjumma. Dia juga menyebutkan bahwa pria itu memiliki tatoo kalajengking di lengan kanannya. In Ah mulai mencari. Begitu juga dengan Jinwoo. Mereka menanyai penduduk sekitar. In Ah bahkan menunjukkan gambar dari pria tsb.

Sang Ho bertanya mengapa Dongho perlu menemukan pembunuh bayaran. ” Aku perlu menghentikan Jinwoo, sebelum dia melakukan hal yang bodoh…” kata Dongho. Sangho pun mengucap bahwa dia sangat bangga terhadap atasannya itu.

Di saat In Ah sedang bertanya kepada kasir salah satu supermarket, tiba – tiba ada seseorang yang memiliki ciri – ciri sama seperti orang yang sedang ia cari. In Ah melihat ada tattoo kalajengking di tangan kanannya. In Ah terkejut. Namun dia tak berbuat apapun. In Ah mencoba bersikap tenang. Perlahan dia keluar dari supermarket mengikuti pria tsb.

Sambil mengikuti pria tsb, In Ah berusaha menghubungi Jinwoo. Tapi In Ah kehilangan pria tsb di sebuah tikungan gang kecil. Dia menengok kesana kemari. Tanpa dia sadari , pembunuh itu ada di belakangnya dan BBBRAAAKKKK!!! . In Ah terjatuh. Tak sadarkan diri. Pembunuh tsb memukul kepala In Ah dengan menggunakan batu di bagian belakang. In Ah pun langsung tersungkur.

Jinwoo terlihat panik karena tiba – tiba In Ah memutus sambungan telpnya. Tepat di saat yang sama, Park Dongho tiba dengan mobilnya.

………………………………………………………..

Exit mobile version