Home Drama Korea Kdrama Review Sinopsis D Day Eps 6 ( Part 1 )

Sinopsis D Day Eps 6 ( Part 1 )

0

1” Bagi wilayah yang terkena bencana 72 jam adalah waktu emas ” Gok Ja Hyuk menatap semua anggota parlemen Korea. Goo Ja Hyuk yang telah ditunjuk oleh president Korea sebagai penanggung jawab untuk penanggulangan gempa ini sedang mengadakan pertemuan dengan para menteri untuk membahas penanggulangan gempa bumi yang baru saja terjadi di Korea. ” Jika kita tidak bergerak perlahan, kerusakan manusia dan property akan segera bertambah. Jadi….tolong bergeraklah…” kata Ja Hyuk mengakhiri pertemuan mereka.

Ja Hyuk bertemu dengan Kepala Departemen Pemadam Kebakaran. Ja Hyuk mengucaokan terima kasih kepada beliau, karena timnya sudah menjalankan tugas dengan baik. Karena regu penyelamat adalah salah satu regu yang paling penting saat ini. Namun Ja Hyuk mengatakan bahwa hal yang terpenting yang harus dilakukan oleh menyelamatkan nyawa korban. Dan bukan pengendalian api. Kepala Pemadam kebakaran menyangkal bahwa timnya hanya melakukan pemadaman api dan tidak menyelamatkan para korban. ” Bahkan timku terus berusaha menyelamatkan para korban yang tertimpa reruntuhan dengan alat seadanya…” kata Ketua. ” Ya…aku tahu… konspirasi atau gosip seperti ini tidak akan mempan dalam situasi ini. Younggwang Distric sangat luas sehingga penyelamatan korban tidak bisa dilakukan dengan mudah dan cepat. Tolong….selamatkanlah orang – orang yg ada di Younggwang. ” kata Ja Hyuk. ” Baiklah…” kata Kepala Pemadam Kebakaran dengan tegas.

Goo Ja Hyuk menanyakan kepada asistennya apakah mereka bisa menghubungi Dr. Kang di RS Mirae. Namun asistennya bilang mereka belum dapat melajukan itu karena belum ada aliran signal. Ja Hyuk khawatir akan keasaan Kang Jooran dan juga RS. Mirae. Ja Hyuk melihat pemandangan kota Seoul yang hancur. ” Aku akan membuat Seoul kembali normal.. Dan inilah yang akan dilakukan oleh Go Ja Hyuk ! ” kata Ja Hyuk pada dirinya sendiri.

Kang Jooran menemui pasien anak kecil yang kemarin ditangani oleh dr. Myung Hyun. Dia menanyakan kondisi terkini dari anak tsb. Myunghyun mengatakan bahwa kondisinya baik – baik saja. Dia hanya mengeluh mengalami kesakitan dan Myunghyun telah memberinya obat anti sakit. Tulangnya juga tidak ada yang patah. Kang Joo Ran pun merasa lega. Joorn meminta maaf pada Myunghyun yang pada saat itu berteriak keras memarahi Myunghyun. Myunghyun juga merasa kaget karena itu bukan seperti Kang Jooran yang biasanya. ” Bagaimana bisa aku tidak sensitif dan menjadi aku yang biasanya ? Ini adalah gempa bumi pertama untuk kita ” kata Jooran. ” Iya…ini juga gempa bumi pertama untukku ” jawab Myunghyun. Jooran tertawa kecil mendengar perkataan Myunghyun.

Lee Haesung menendang kaki Jung Ddolmi yang sedang tertidur di samping tempat tidur Min Cheol. Haesung mengatakan bahwa kondisi pasien masih butuh perhatian dan dia bisa – bisanya tidur ?? ” Bahkan kau tidak bisa mengatakan sesuatu dibdepan dokter magang…memalukan …” kata Haesung. Ddolmi menahan emosinya. Ketika Ddolmi ingin membantah justru Haesung memberondongnya dengan berbagai kataan lagi. Mengatakan bahwa apakah Ddolmi ingin membenrikan alasan itu sudah lama semenjak ujian kedokterannya? ” Bahkan jika itu sudah lama…orang lain pun masih bisa melakukannya dengan baik…” kata Haesung lagi.

” Dokter…apa menurutmu kau tidak keterlaluan ? Sampai kapan kau akan menarikku pada kondisi sulit ini. Kau terus memegangku sampai aku tak bisa kembali ke Busan. Bahkan sampai saat ini kau tidam memberiku makan. Dan sekarang apa ??? Aku tak boleh tidur ? ” Jung Ddolmi terus mengoceh di deoan Haesung. ” Tidak ada orang yang tidak tahu malu sepertimu. ” Jung Ddolmi menendang bangku kemudian berjalan ke luar dengan langkah cepat. Haesung meneriakinya dan kemudian mengejarnya.

” Apa kau akan benar – benar pergi seperti ini ? ” Haesung menahan kepergian Ddolmi. Ddolmi mengeluarkan jelly dan sekaleng kopi yang sempat di berikan oleh Ahn Daegil kepadanya. Ddolmi mengatakan bahwa dia khawatir apakah Haesung sudah makan atau belum . Dia menunggu Haesung untuk mengatakan makan bersama. Haesung oun melihat ke arah Ddolmi. Dia bertanya kesempatan apa yang dimiliki Ddolmi sehingga dia memiliki makanan. Dengan polos Ddolmi mengatakan bahwa Ahn Dae Gil yang memberikan makanan itu untukknya. ” Dia menggadaku dengan makanan… Aku pikir dia punya pandangan yang bagus juga soal wanita…” Ddolmi tersipu malu. Haesung menahan tawanya. ” Apa yang kau lakukan ? Jika kau tak mau mengambilnya, biar aku yang makan..” kata Ddolmi. ” Owwh….ayo…ayo kita makan…” ajak Haesung. Mereka berdua pun duduk berdampingan.

” Jadi dokter magang itu mencoba menggodamu ? ” tanya Haesung lagi. Ddolmi memintanya untuk tak mempermasalahkan hal itu. ” Itu bukan salahnya….” kata Ddolmi. Haesung meminum kopi pemberian Ddolmi. ” Tapi….apakah itu juga salahku ?? ” Ddolmi berkata sambil memegang pipinya. Tersipu malu. Haesung sekuat tenaga menahan tawanya. Kopi di mulutnya hampir saja tersembur dari mulutnya. Haesung menahannya agar tak keluar. Ddolmi bertanya apakah dia baik – baik saja. Ddolmi tidak tahi bahwa Haesung sekuat tenaga menahan tawa karena sikap polos Ddolmi. Ddolmi bahkan dengan semangatnya bercerita bahwa di Busan dia juga selalu mengalami hal itu. Banyak pria yang menyukainya yang memberinya makanan juga. Haesung memalingkan wajahnya dari Ddolmi. Dengan maksud agar Ddolmi tak tahu bahwa Haesung sedang menertawakannya.

Park Gun, Han Woojin dan Kang Jooran sedang mengunjungi ruang generator yang mendukung aliran listrik RS. Mereka ingin tahu, ketersediaan listrik untuk RS. Mereka dikejutkan oleh daya yang mereka punya saat ini. Sebelum gempa terjadi, mereka tidak memasok daya lagi karena Park Gun meminta mereka untuk mengurangi budget akan hal ini. Ketersediaan listrik yang mereka punya saat ini tidak cukup sampai 2 hari. Park Gun mengatakan bahwa hal itu tak perlu dikhawatirkan. Pemerintah akan segera membantu mereka untuk menyediakan pasoka listrik. ” Namu tetap saja…Kepala Kang, kita harus persiapkan untuk mentransfer pasien ke RS lain.

Ayah si kembar sedang berusaha untuk mencari bahan bakar. Yang akan digunakan untuk menggerakkan kapalnya untuk membawa anak dan istrinya menuju RS yang memiliki incubator. Namun antrian bahan bakar itu sangat panjang. Ayah si kembar mencoba meminta tolong agar didahulukan. Atah si kembar mengatakanbahwa ada seorang ibu dan anak kembar yang baru lahir untuk ditolong.

Masyarakat yang lain pun marah karena ayah si kembar menyelak antrian. Keributan pun tak dapat dihindari.

Lee Haesung datang untuk memeriksa kondisi Min Cheol . Terlihat Daegil tertidur di sebelahnya. Jing Ddolmi yang datang bersama Lee Haesung membangunkan Daegil dengan mendorong kepalanya. Ahn Daegil melaporkan bahwa kondisi vital si pasien baik. Bahkan air urinenya juga normal. Haesung pun mendengarkan laporan Daegil dengan baik juga. Kemudian Haesung meminta DaeGil untuk istirahat. Karena kondisinya terlihat tidak bagus. Gadis kecil yang tuna rungu itu mengintip ke ruang ICU. Dia ingin melihat kondisi kakak laki- lakinya. Haesung meminta Ddolmi dan Daegil untuk menjaga anak kecil tsb.

Kang Jooran datang menemui Haesung. Dia bertanya apakah pasien tsb akan dioperasi 2 hari lagi. Haesung menjawab ” ya ” dan dia percaya kondisi pasien akan membaik setelah operasi itu. Wajah Jooran terlihat tak senang. Dia mengatakan pada Haesung mulai saat itu, mereka tidak boleh lagi menerima pasien darurat. Haesung merasa heran dengan perkataan Kang Jooran.

” Aku tidak takin bahwa listrik RS akan bertahan selama 2 hari. ” Haesung terdiam. Tehnisi bilang bahwa listrik RS akan bisa bertahan dalam waktu 2 hari. Namun sepertinya kita telah ditipu oleh angka di dokumen. Jika angka di dokument itu benar, semuanya akan berlalu. Semua usaha yang sudah kita lakukan akan menjadi debu. ” kata Kang Jooran lagi. Haesung bertanya apaka mereka akan menutup RS. Hanya ada pasien kritis yabg kesulitan untuk berjalan yang tersisa di Mirae. Pasien yang bahkan tak bisa bergerak. Jooran berkata bahwa mereka akan mentransfer pasien – pasien tsb. ” Mentransfer ? Dengan menggunakan apa ? Helicopter ? Satu persatu ? Bahkan regu penyelamat oun kekurangan alat dan membawa pasien dengan menggunakan kereta belanja. ” oceh Haesung. ” Apa RS itu sudah menyatakan bahwa mereka juga akan menerima pasien kita ? Dengan kondisi seperti ini apakah tidak banyak korban di luar sana ? ”

” Lalu apa kau punya pendapat apa yang seharusnya kita lakukan ?? Kita tak bisa melakukan ini, tak bisa melakukan itu…Haruskah kita mengumpulkan semua pasien yang meninggal dan membuatkan pemakaman massal untuk mereka ? Apakah itu lebih baik ? ” Kang Jooran berkata dengan suara yang cukup keras. Haesung terdiam mendengar perkataan Jooran.

Sementara itu diluar, Ahn Daegil tengah bermain dengan anak tuna rungu tsb. Anak itu merasa senang karena ditemanj bermain. Ddolmi mengjampiri Daegil. Ddolmi masih saja mengira jika Daegil memiliki perasaan padanya. Ddolmi mengatakan bahwa dia tak akan memberikan hatinya pada Daegil. Daegil bemar – benar tidak mengerti apa yang Ddolmi katakan.

Mereka pun bertengkar mulut. Tiba tiba pertengkaran mereka terhenti karena ayah si kembar datang dengan kondisi babak belur. Daegil dan Ddolmi segera menolong ayah si kembar.

Haesung dan Kang Jooran melihat kondiai ayah si kembar yang lukanya sedang diobati oleh Ddolmi. Ayah si kembar pun mwnceritakan apa yang terjadi dia sedih memikirkan kondisi anak dan istrinya. Haesung menguatkan hati si ayah. Berkata bahwa dia tak boleh menyerah sampai situ. Haesung juga mengatakan bahwa listrik RS akan segera padam. Jadi mereka harus segera pergi dari RS tsb. Ayah si kembar mengangguk. Dia tahu apa yang harua dia lakukan . ” Aku adalah ayah dari si kembar dan suami dari istriku. Hanya aku yang mereka punya. Aku akan mencari bahan bakar dimanapun itu. ” kata Ayah si kembar. Dia hanya meminta Haesung dan yang lain menjaga istri serta kedua bayinya.

Ayah si kembar melakukan pengumuman di depan pasien lain yang ada di RS. Mengatakan joka mereka bisa membantunya mencari bahan bakar, mungkin mereka bisa segera pergi dari RS itu dan mencari pertolongan yang lain. Akhornya banyak paaien yang ingin bergabung untuk mencari bahan bakar.

Haesung mengeluh karena makanan yang mereka makan pada saat itu benar – benar tak manusiawi. Jina mengatakan bahwa mungkin itu karena gas sedang tak berfungsi. Jadi mereka tak memiliki banyak persediaan makanan. Ddolmi juga mengkhawatirkan kondisi ibu si kembar. Sehabis melahirkan seharuanya dia meminum sup rumput laut. Namun dengan kondisi seperti ini, rasanya tak memungkinkan untuk membuat atau mencari sup rumput laut. Sangat menyedihkan . Ahn Daegil mendengarkan percakapan mereka.

Ahn Daegil terlihat membuka bagasi mobilnya dan mengambil sesuatu dari tasnya.

Ddolmi mengantarkan air minum untuk ibu si kembar. Namun dia kaget karena melihat ada Ahn Dae Gil disana. Ada bungkus sup rumput laut instan di meja. Ibu si kembar terlihat sedang menikmati sup rumput laut pemberian Ahn Daegil. Ddolmi sedikit senang dengan tindakan yang dilakukan oleh Daegil. Dia pun tersenyum kepada Daegil. Sementara Daegil menanggapinya dengan dingin.

Daegil berpapasan dengan So Yool disaat ingin keluar ruangan. Dia menyapa Ahn Daegil. Lalu menyerahkan beberapa diaper untuk si bayi. So Yool dan Ddolmi melihat ibu si kembar sedang menangis. Soo Yool bertanya apa yang terjadi sehingga membuat ibu si kembar menangis. Ibu si kembar berkata bahwa di kondisi darurat seperti ini, dimana bahan makanan lun sulit untuk didapat, dia masih bisa menikmati sup rumput pemberian para dokter disana. ” Aku merasa terharu dengan sikap kalian semua. ” kata Ibusi kembar. ” Hanya meawat si kembar dengan baik…” kata So Yool dengan penuh senyuman kepada Ibu si kembar. Ddolmi dan SoYool pun saling berpandangan.

Haesung sedang mengganti infus ibunya. Dia duduk di samping ibunya dan mengenggam tangan ibunya. Tangan ibunya olehnya ditaruh di pipinya. ” Ibu..katakanlah bahwa aku sudah melakukan semuanya dengan baik….sehingga aku tak akan menyesal…” kata Haesung. ” Woosung juga melakukan tugasnya dengan baik. Dia masih tak ibgin berbicara denganku….namun itu tak apa. ” kata Haesung berbicara dengan ibunya.

Jina masuk ke ruangan. ” Sepertinya kau tak percaya padaku untuk menjaga ibumu…” kata Jina. ” Lihatlah…kau sudah mengganti infusnya..pekerjaanku jadi tak berguna disini…” goda Jina. Haesung mebgatakan bahwa dia kaget disaat dia memindahkan ibunya tanpa sepengetahuannya. Jina memjawab bajwa di saat semua pasien dikeluarkan, banyak ruangan yang kosong dan Jina segera memindahkan ibu Haesung. Haesung berjanji jika ibunya bangun nanti dia akan mentraktir Jina dengan hal yang besar. Jina pun tersenyum lebar kepada Haesung.

Kapten Choi dan dibantu anak buahnya mengunjungi rumahnya 35 jam setelah gempa. Choi Sangho membuka kunci rumahnya. Gelap. Dan tak ada siapa -siapa. Dia yakin bahwa anaknya sudah dibawa oleh istrinya untuk mnyelamatkan diri. Ada kelegaan di hati Sangho. Namun juga dia merasakan kesedihan. Dia tak bisa melihat kondisi istri dan anaknya dalam gempa seperti ini. Bahkan dia juga tak mengetahui keberadaan istri dan anaknya.

Sangho memasuki kamar anaknya dan melihat foto dia, istri dan anaknya terjatuh. Sangho memungutnya. Memabdang foto itu sambil menghela napas. ” Kita bertengkar dengan baik….” ucap Sangho.

Daegil terus berada di sisi sahabatnya Min Cheol. Memegang tangan Min Cheol. Daegil berkata bahwa dia meminta maaf atas semua yang sudah ia lakukan dulu. ” Semua penjelasan mungkin terdengar seperti sebuah alasan. Aku mohon hiduplah Min Cheol….” kata Daegil.

Han Woojin melihat kondisi Min Cheol. Dia melihat data perkembangan kondisi pasien. ” Jumlah trombosit…..” kata Han Woojin. Han Woojin terlihat memikirkan sesuatu. Namun itu tak diungkapkannya pada DaeGil. Dia hanya mengatakan bahwa Daegil harus bersiap. ” Orang yang kau pegang tangannya akan segera pergi ” kata Woojin. Daegil tak mengerti apa maksud dari perkataan Woojin. Wojjin mengatakan bahwa lampu sebentar lagi akan mati dan tak ada stock darah ataupun obat. Woojin juga mengatakan bahwa Daegil kehilangan sensenya sebagai seorang dokter. Dia hanya melihat pasien itu sebagai sahabatnya dan dia lupa daratan akan pertunjukan mengejutkan dari Lee Haesung. ” Jadi dokter jangan hanya memikirkan emosional. Pasien akan pergi dan RS akan berakhir dengan penuh tekanan. ” kata Woojin. Dia meletakkan data tentang pasien dan pergi meninggalkan Daegil. Sepeninggal Woojin, Ahn Daegil terus menatap sahabatnya itu.

Han Woojin kemudian memeriksa kondisi menteri kesehatan. Disana ada dr. Myunghyjn yang sedang tertidur. Myunghyun trrbangun karena Woojin masuk ke dalam ruangan. Myunghuun berkata bajwa sia menjaga perdana menteri dengan baik. Sehingga kondisi si menteri juga menjadi lebih baik. Woojin melihat data perkembangan pasien. ” Apa kau bilang ?Dia menjadi lebih baik ?? Apa yang kau lakukan sehingga jumlah trombositnya menjadi seperti ini ??” teriak Woojin. Myunghyun gugup. Dia menerima data tsb dan terkejut. Dia mengatakan bahwa trombositnya baik – baik saja beberapa waktu lalu. Woojin memerintahkannya untuk ke ruangan yang menyimoan darah dan mengambil kantung trombosit. Woojin sangat marah mengetahui kecerobohan Myunghyun. Dengan terburu – buri Myunghyun pergi untuk mengambil trombosit darah.

” Tidak akan terjadi apa – apa dengan kakakmu..kami akan melakukan yang terbaik..” hibur Ddolmi pada gadis tuna rungu. Gadis itu menangis melihat kondisi Mincheol. Ddolmi meminta Ahn Daegil untuk mengantar gadis itu keluar dan menghiburnya. Ddolmi melihat chart perkembangan kondisi Mincheol .

Dan dia terkejut dengan chart di pasien. Dia pun memanggil Ahn Dae Gil kembali. Ddolmi mengatakan bahwa trombosit Min Cheol turun dengan drastis. ” Prof Han baru saja melihatnya dan dia tak mengatakan apapun…mengapa kau selalu ribut ??” kata Ahn Dae Gil. Ddolmi meminta Daegil untuk melihatnya sendiri. Dengan malas Daegil mengambil chart tsb. Dan benar, dia sendiri terkejut melihat chart trombosit Mincheol.

Jina dan Ddolmi berlari ke ruangan tempat menyimpan darah. Namun sial, Myunghyhn sudah lebih dulu mengambil kantung trombosit terakhir yang dimiliki oleh Mirae. Penjaga mengatakan bahwa Dr. Han Woojin akan menggunakan semua trombosit darah iti untuk pasiennya di dalam ICU. Ddolmi dan Jina saling berpandangan.

Haesung mengetuk pintu ICU. Woojin mencari sumber suara yang memanggilnya. Haesung memberi kode kepada Woojin untuk segera keluar. Di samping Haesung berdiri Ddolmi dan juga Jina.

Haesung dan Woojin berdiri berhadapan . Woojin bertanya apa yang terjadi. Haesung meminta Woojin untuk menyerahkan kantung trombositnya. ” Pasienmu akan mati dan pasienku berkembang jauh lebih baik. Kita harus membuat keputusan yang sulit dengan ketersediaan barang yang ada ” kata Woojin. Haesung menarik napas. ” Prof Han…. pasien ini dan pasien itu adalah pasien yang aku tangani dan aku adalah salah satu dari orang yang pantang menyerah untuk menyelamatkan mereka. Lalu mengapa kau menjadi seseorang yang memberikan jawaban ? ” tanya Haesung. Haesung meminta Woojin untuk membagi kantung trombositnya. Karena kedua pasien ini sama – sama membutuhkan. Haesung merasa bahwa dia adalah dokter yang mengoperasi menteri kesehatan dan juga Min Cheol. Jadi dia juga berhak untuk menyelamatkan keduanya. Namun Woojin tetap tak mau mengalah. Sepertinya dia malah menabuh genderang perang dengan Haesung.

Haesung yang sudah tidak tahan dengan emosinya. Berusaha untuk mengambil kantung trombosit itu sendiri. Namun Woojin menghadangnya dan menarik kerah jas dokter Haesung.

………………………………………………………………..

 

 

 

 

Exit mobile version